Slider

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Tube

Sejarah Syiah

Kajian Utama

Syiah Indonesia

Syiah Internasional

Tabayun

Galeri

Apa Kata Menag RI Lukman Hakim Saifuddin soal Diterbitkannya Buku "Syiah Menurut Syiah"


Syiah Indonesia - Berikut petikan pengantar dari Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin dalam buku "Syiah Menurut Syiah".

“Maka langkah Ahlul Bait Indonesia (ABI) menerbitkan buku “Syiah Menurut Syiah" patut mendapatkan apresiasi. Selaku Menteri Agama, saya menyambut baik usaha penerbitan ini yang menandakan adanya kemauan untuk membuka diri dan berkomunikasi dengan masyarakat. Buku ini memberikan informasi secara terbuka mengenai Syiah dalam perspektif pandangan Syiah sendiri.

Dari membaca buku ini masyarakat dapat mengetahui secara lengkap dan utuh tentang hakikat Syiah dan pandangan Syiah mengenai berbagai masalah keagamaan dan kebangsaan. Buku ini juga sekaligus mengklarifikasi atau menjernihkan berbagai issu tak sedap yang sempat berkembang di tengah masyarakat agar tidak berkembang menjadi fitnah yang merugikan.

Buku ini diharapkan menambah khazanah pengetahuan kita tentang keindonesiaan yang penuh warna dan sekaligus menguatkan tali persatuan dan persaudaraan kita sebagai bangsa.”[]

Mengapa "Fulan" Jadi Syiah?

Ahmad Zein Alkaf dan bos Takfiri.
Syiah Indonesia - Para pembaca yang budiman, sampailah juga kita pada serangkaian pertanyaan ini: Mengapa fulan Syiah dan mengapa yang lain Sunni? Mengapa ada Muslim Syiah dan ada Muslim Sunni? Mengapa kita berpecah-pecah seperti ini? Adakah perpecahan ini karunia, rahmat atau laknat? Mengapa Allah tidak turun tangan menyelesaikan perpecahan yang akut ini? Mengapa umat ini tidak kembali menjadi ummatan wahidah (satu umat)? Mengapa manusia ini tidak dapat bersepakat pada satu kalimat? Mengapa, mengapa dan mengapa?

Tentu saja tulisan ini tak mampu menjawab seluruh pertanyaan itu. Malah mungkin tak satupun yang harus kita jawab. Pertanyaan-pertanyaan itu penting untuk kita jawab sendiri-sendiri, dalam ketenangan batin kita masing-masing. Tiap pertanyaan di atas layak menyita barang satu dua jam dari umur kita—untuk tidak mengatakan satu dua hari. Satu saja dari rentetan pertanyaan di atas itu terjawab, maka banyak sekali yang dapat kita lakukan bersama-sama secara positif.

Tapi, di luar semua pertanyaan di atas, ada prinsip yang tegas: manusia tidaklah mungkin sama dalam segala aspek dan seginya. Fitrah, kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasarnya boleh jadi sama. Tapi jelas satu manusia tidak mungkin sama persis dengan satu manusia yang lain. Mereka tercipta berbeda-beda, sebagai refleksi kekayaan Ilahi, sebagai rahmat, sebagai pemicu interaksi di antara mereka, sebagai sarana saling mengenal, memotivasi, mengembangkan, tolong menolong, kerjasama, dan sebagainya. Ada hikmah Ilahi yang berlimpah ruah di balik semua ini.

Kekurangan satu manusia dapat disempurnakan oleh kelebihan manusia lain; kelebihan yang lain dapat menopang kebutuhan yang lain lagi; dan begitulah pola interaksi kehidupan manusia, sehingga manusia ini mutlak hidup secara bersama. Bahkan alam semesta ini tercipta dalam eko sistem yang saling membutuhkan, saling memberi dan mengambil, bertukar menukar, dan sebagainya.

Sebagai Muslim dan juga sebagai makhluk berpikir kita semua dapat dengan mudah sampai pada kesimpulan yang super kuat ini: Hanya Allah semata-mata yang Tunggal dalam kemutlakan, kesempurnaan, kemandirian, kekayaan dan tidak membutuhkan = suatu apapun selain Diri-Nya sendiri. Hanya Dia yang satu-satunya memiliki sifat mutlak, merdeka, mandiri, tidak membutuhkan, bebas dari kelemahan dan kekurangan secara hakiki. Hanya Dia yang melampaui kekurangan, kebutuhan, kelemahan, kebodohan. Hanya Dia yang Qayyum.

Selain Allah, yakni seluruh makhluk-Nya, pastilah memiliki kebutuhan dan kekurangan, dalam berbagai kadar dan derajat yang berjenjang-jenjang dan berbeda-beda. Semua selain Dia niscaya memerlukan pada yang lain, dan yang lain itupun memerlukan pada yang lain lagi dan demikian seterusnya sehingga tersusunlah sistem alam ciptaan ini dalam ketergantungan dan kebutuhan yang timbal balik, dalam proses saling melengkapi, menyempurnakan, bahkan saling menopang.

So, Muslim Sunni perlu pada Muslim Syiah dan demikian pula sebaliknya. Tidak ada yang dapat mengatakan bahwa si A harus tunduk mutlak pada si B dan sebaliknya. Jika ada yang mengatakan begitu, maka orang itu sesungguhnya sedang bekerja menghentikan sistem kehidupan manusia, dan wajib dilawan dengan segala cara. Orang atau sekelompok orang seperti ini sebenarnya adalah musuh kemanusiaan, sekaligus musuh Allah. Sebab Allah telah menetapkan manusia hidup dalam sistem saling memberi dan mengambil, dalam perbedaaan dan keragaman, dalam ruang kemerdekaan yang asasi bagi tiap-tiap mereka.

Ada dua cara murah dan tenar untuk menundukkan pihak lain: teror dan iming-iming. Teror juga banyak rupanya. Salah satunya ialah dengan mengkafirkan pihak yang tak mau tunduk, menghalalkan darahnya dan terakhir membunuhnya. Cara ini mungkin bisa berguna untuk anak-anak kecil, orang-orang bodoh, lemah, berjiwa kroco dan sebagainya. Tapi bagi manusia kebanyakan, yang di dalam dirinya masih bertengger fitrah yang menyala, cara-cara pemaksaan tersebut justru akan mengobarkan semangatnya untuk bangkit melawan. Apapun risiko dan ongkosnya. Inilah pucuk dicinta ulam tiba.

Kaum takfiri yang belakangan getol mengkafirkan Syiah di Indonesia, seperti Ahmad bin Zein Alkaff, Farid Okbah dan konco-konconya sebenarnya ingin menundukkan orang-orang Syiah. Tujuan mereka bukan kemaslahatan, keadilan, kebaikan apalagi kebenaran. Lihatlah pada raut wajah, airmuka, tuturkata, pilihan diksi, akhlak dan perilaku mereka. Tengoklah klip-klip video atau foto-foto yang menampilkan mereka. Tidak sedikitpun ada dari mereka yang mengingatkan kita pada para nabi, rasul dan imam. Padahal, para nabi, rasul dan imam adalah kelompok manusia yang Allah pilih untuk mengemban tugas membimbing manusia. Para nabi, rasul dan imam adalah pemegang mandat dan kuasa asli tugas agung menuntun manusia ke jalan yang lurus. Semua selain mereka hanyalah wakil, yang karena itu mesti mencerminkan sebagian besar karakter dari yang diwakili.

Otak kaum takfiri mungkin tak sampai di sini. Nafsu besar mereka menguasai dan menundukkan manusia menjadikan mereka sedemikian takabur hingga merasa berhak mengambil alih salah satu sifat Allah, yakni Hakim. Hakim dapat berarti mengatur, menguasai, menghakimi dan menghukumi.

Lantas, bagaimana cara menghadapi sekelompok manusia yang ingin memaksakan pikiran, keyakinan dan kehendaknya pada orang lain ini? Jawabnya, seperti yang diajarkan agama, akal, hati nurani, budaya, konstitusi dan lainnya, tidak lain dan tidak bukan adalah dengan melawan. Keinginan menundukkan orang datang dari watak iblis yang tak mau tunduk pada Allah. Orang-orang ini sebenarnya tak lebih dari murid-murid kecil iblis. Mereka boleh jadi mengira telah mengambil langkah yang benar, seperti juga iblis sendiri. Tapi jelas mereka keliru. Mau berapa ayat dan hadis yang mereka bawakan, jika tujuan mereka adalah memaksa orang atau sekelompok orang untuk tunduk dan patuh, maka jawaban paling tepat adalah melawannya.

Siapapun Anda: Muslim Sunni atau Syiah, tinggal di gubuk atau apartemen, di Jawa atau luar Jawa, di Indonesia atau Timur Tengah, jika Anda dipaksa untuk tunduk pada kemauan yang lain, maka lawanlah pemaksaan itu. Dengan cara itu Anda telah menjadi pejuang kemerdekaan. Saat melawan itu, Anda telah mencegah kafilah iblis menguasai gelanggang kemanusiaan. Dengan melawan mereka, Anda telah “menolong” Allah yang secara azali dan abadi menciptakan manusia dalam keadaan merdeka. Tak ada yang boleh atau berhak mencabut kemerdekaan itu. Bayarlah dengan segala harga demi mempertahankan hak kemerdekaan yang telah Allah berikan sejak azali sampai abadi itu.

Para pembaca yang budiman, jika kebetulan Anda adalah Sunni, lawanlah dengan segala cara semua Syiah yang hendak memaksa Anda menjadi Syiah; jika kebetulan Anda Syiah, lawanlah dengan segala cara semua Ahmad bin Zein, Farid Okbah dan konco-konconya yang hendak memaksa Anda menjadi Sunni. Pengkafirkan mereka atas Anda sama sekali tak bermakna apa-apa. Mereka bukan pemegang mandat Islam; bukan siapa-siapa dalam sejarah panjang Islam ini. Mereka sama saja seperti kita di hadapan Allah.

Pengkafiran yang dipakai sebagai teror untuk menundukkan sekelompok orang berjalan seiring dengan iming-iming bagi mereka yang sudi mengkafirkan. Ini pendekatan pentung dan wortel yang mereka pakai mendominasi dan menghegemoni Islam.

Tapi, percayalah, kapasitas mereka dan bos-bos besar yang mendesain stretagi pengkafiran ini terlalu kecil di hadapan Islam dan Hakikat Muhammad. Pelan tapi pasti mereka yang akan terhempas. Dan ini hanya masalah waktu. Dan waktu itu pun sepertinya juga tak lama lagi. [IT]

Syiah, Bukan Mazhab Kemarin Sore

Apa itu Syiah? Seperti apa rupa pemeluknya? Benarkah mereka adalah para penoda dan penista agama? Benarkah orang-orangnya menganut ideologi transnasional, dengan Republik Islam Iran sebagai kiblat, sebagaimana yang dikhawatirkan sebagian kalangan intelijen?

Intel polisi yang hadir di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat pekan lalu, dapat jawaban instan atas semua pertanyaan itu. Dari seorang lelaki yang berorasi di hadapan seratusan orang yang datang mengenang "Tragedi Berdarah Sampang", tiga hari sebelumnya. "Menjadi non-Muslim saja dibolehkan oleh konstitusi negara, apalagi untuk menjadi tidak Sunni," katanya sinis.

Kalimat berikutnya datang berapi-api: "Ini negara dibangun oleh jasa para pahlawan dari berbagai macam agama dan ras. Tidak ada orang yang berhak menganggap negara ini properti milik satu agama atau satu mazhab. Ini negara Pancasila. Ini negara Bhinneka Tunggal Ika."

Lelaki itu adalah Muhsin Labib, doktor Filsafat Universitas Islam Negeri Jakarta. Suaranya nampaknya mewakili sekitar satu juta warga Syiah di Indonesia. Ia juga sekaligus menyuarakan keprihatinan banyak kalangan atas teror dan penyerangan pada warga Syiah yang hidup di tiga dusun udik di Kecamatan Omben, Sampang.

Di Jawa Timur, pekan lalu, misalnya, sekelompok intelektual dan tokoh lintas agama menyatakan duka dan penyesalan. "Warga penganut Syiah di Sampang adalah Warga Negara Indonesia yang memiliki hak, dijamin konstitusi, dan harus dilindungi tanpa diskriminasi," kata H. Achmad Zaini, Ketua Umum Forum Intelektual 45 Jawa Timur. Senada dengan itu, Ketua DPR, Marzuki Ali, meminta Majelis Ulama Indonesia dan Kementerian Agama menanggung tugas menjelaskan ke masyarakat bahwa Syiah 'tidak sesat' dan merupakan bagian dari Islam. "Jika ada yang bisa disimpulkan dari besarnya simpati publik pada tragedi Sampang adalah darah mereka yang tumpah dan telah mengalahkan tajamnya celurit kebencian," kata Umar Shahab, Ketua Dewan Syura Ahlulbait Indonesia, satu dari dua organisasi induk warga Syiah di Indonesia.

Umar boleh saja optimistis. Tapi di Sampang, masih ada begitu banyak kecemasan, utamanya di kalangan pengungsi warga Syiah (Lihat: Genosida di Pelupuk Mata). Seorang politisi lokal dikabarkan mengusulkan orang Syiah Sampang direlokasi ke kawasan perkampungan mayoritas Kristen di Toraja, Sulawesi Selatan. Seorang tokoh lokal lainnya dikabarkan bilang kalau hanya ada dua pilihan untuk orang Syiah: kembali jadi Sunni atau angkat kaki dari Madura yang diklaim milik Sunni. Jika benar, sang tokoh sepertinya tak sadar memberi justifikasi pada tragedi pembantaian orang Madura di Kalimantan Selatan satu dekade lebih yang lalu.

"Pangkal dari semua ini adalah terbitnya fatwa sesat," kata Muhsin yang mengklaim cukup dekat dengan orang-orang Syiah di Sampang. Dia merujuk pada fatwa sesat yang ditelurkan MUI Jawa Timur pada 2007, lalu fatwa serupa dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Sampang. Berbicara ke SINDO Weekly pekan ini, Muhsin bilang dua fatwa itu adalah sebuah kejanggalan besar. Baik MUI dan NU pusat, katanya, hingga detik ini tak pernah menerbitkan fatwa sesat atas Syiah. "Mereka tidak sadar kalau Syiah bukan pendatang baru dalam dunia Islam."

Jejak Panjang

Labib ada benarnya. Syiah ada sejak awal masuknya Islam di Indonesia. Sejumlah tradisi warisan Syiah masih bisa dijumpai di banyak provinsi, seperti Tabut (Sumatera Barat dan Bengkulu), Tari Saman (Aceh), dan Bubur Suro (Jawa). Dalam konteks yang lebih besar, Syiah juga sejatinya tak pernah dianggap sebagai 'alien'. Justru sebaliknya, Syiah punya kontribusi yang besar. Dinasti Syiah Fatimiyah, misalnya, adalah pendiri Al-Azhar, universitas Islam tertua dan terkemuka di dunia Islam hingga saat ini.

Di luar itu, ada banyak pemikir Islam utama yang dipercaya sebagai penganut mazhab Syiah. Ini termasuk Al-Farabi (ahli filsafat), Ibnu Sina (ahli kedokteran), Al-Khawarizmi (ahli astronomi), Jabir bin Hayyan (penemu aljabar), dan Ath-Thusi (penggagas observatorium). Di pesantren-pesantren Indonesia, beberapa buku ulama Syiah, termasuk Nayl al-Awthar karya Al-Syaukani dan SubĂ»l al-Salam karya Al-Syaukani dan Al-Shan’ani menjadi buku ajar standar.

Umar Shahab menawarkan pandangan lain. Dia bilang, komunitas Syiah ada di seluruh dunia Islam, dari Jakarta hingga Tonja di Maroko, dan tak ada satu pun negara Islam yang pernah memfatwakan Syiah sebagai mazhab sesat—apalagi kafir dan di luar Islam. Fakta lain, katanya, adalah hingga hari ini, kaum Syiah tetap leluasa berhaji dan umrah ke Tanah Suci Mekkah dan Madinah. Di luar itu, Deklarasi Amman dan Deklarasi Mekkah, dua komunike ulama Islam dari berbagai mazhab, telah menyatakan kalau Syiah adalah bagian tak terpisahkan dari Islam. Bahkan, KTT Organisasi Konferensi Islam terakhir di Mekkah menegaskan keabsahan Syiah sebagai mazhab Islam.

Ketua Pengurus Besar NU, K.H. Agil Siradj, punya cerita lain. Dia bilang, di semua universitas Islam di Timur Tengah, ada dua mata kuliah seputar mazhab-mazhab Islam dan mazhab-mazhab yang 'keluar dari Islam'. "Syiah itu termasuk ke studi mazhab Islam. Yang tidak Islam, termasuk Kodjaniah, aliran Kebatinan, Ahmadiyah, Bahaiyah, Babiyah, Kolawiyah." Agil bilang, fakta itu menunjukkan kalau universitas-universitas di Timur Tengah mengakui bahwa Syiah adalah mazhab sah dalam Islam, walaupun beda dengan Sunnah. Toh, katanya lagi, Islam tak pernah menolerir pemaksaan dalam beragama. "La iqraha fiddin."

Logika Kekuatan

Tapi ajaib. Semua fakta dan pandangan itu, yang semestinya lumrah dan diketahui banyak Muslimin, seperti tak berbekas di Jawa Timur. Khususnya di Madura dalam beberapa tahun terakhir, orang-orang Syiah menjadi sasaran pisau cukur 'pemurnian agama'. Laporan Kejaksaan memberi cap sesat pada mazhab Syiah yang dianut warga Sampang, sebab mereka dianggap punya rukun Iman dan rukun Islam yang berbeda dari kalangan Sunni. Syiah juga disebutkan punya cara salat yang berbeda, kalimat azan yang berbeda, dan bahkan Alquran yang 'tidak orisinil'.

Dengan redaksi yang bermiripan, MUI Jawa Timur menyebutkan kehadiran Syiah di Sampang sesat dan menyesatkan, biang kerok keresahan warga masyarakat. "Ajaran Tajul Muluk menyesatkan, terbilang penistaan, dan penodaan terhadap agama Islam," kata majelis. Tajul adalah pimpinan warga Syiah di Sampang. Akhir tahun silam, pesantren dan rumahnya jadi sasaran penyerangan massa yang gelap mata. Tapi alih-alih dapat pembelaan, dia belakangan divonis bersalah dua tahun penjara karena dianggap terlibat dalam penodaan agama.

Di luar fatwa sesat itu, berbagai kalangan menuding pekatnya agitasi dari kalangan penceramah yang menjadikan majelis-majelis taklim dan tabligh akbar tak ubahnya forum pengafiran Syiah.

Dalam draf buku Mazhab Syiah yang diterima redaksi SINDO Weekly pekan ini, intelektual dan ulama Syiah di Indonesia menghabiskan 130 halaman lebih untuk menjawab apa yang mereka gambarkan sebagai fitnah pada Syiah. "Mereka yang mendalilkan kesesatan Syiah tak pernah mengajak kami diskusi, bahkan sekadar untuk mengecek," kata Umar Shahab. Buku itu, lanjutnya, bakal terbit dalam waktu dekat dan dia berharap semua pihak membuka ruang dialog.

Kepada SINDO Weekly, Ketua MUI, K. H. Amidhan, bilang sampai saat ini lembaganya belum mengeluarkan fatwa apa pun terhadap Syiah. "Kami masih mempelajari," katanya tak menyebut kapan hasil akhir fatwa itu bisa diketahui publik.

Kendati, menurut Muhsin Labib, apa pun akhir dari episode Sampang, tetaplah sebuah tragedi nasional. "Keprihatinan baru menggema setelah ada anak diyatimkan, ada perempuan dijandakan, puluhan rumah dibakar," katanya. Berbicara ke SINDO Weekly via telepon, seorang pengungsi Syiah yang tak ingin disebut namanya membagi sebuah cerita. Dia masygul pada ternak sapinya. "Mereka membakarnya seolah sapi itu juga Syiah dan layak diberangus. Bangkainya ada di tegalan."
Lama terpojok, warga Syiah di Sampang belakangan jadi sasaran teror berdarah. Fatwa sesat dari dua perkumpulan ulama lokal disebut-sebut sebagai pemicunya. Banyak yang lupa kalau Syiah bukanlah mazhab kemarin sore.

Sumber: SINDO WEEKLY MAGAZINE (NO. 27 TAHUN I, 6 SEPTEMBER - 12 SEPTEMBER 2012)

Rumah Presiden dan Nasib Pengungsi Sampang

SyiahIndonesia.com - Umur Presiden Yudhoyono akan berakhir 20 Oktober tahun ini. Dalam setiap pergantian rezim, apalagi kekuasaan yang berumur satu dasawarsa, kita warga negara, selalu bisa mengambil pelajaran: merenungkan bagaimana dan untuk siapa kekuasaan suatu rezim itu digunakan.

Di akhir jabatannya, Presiden Yudhoyono menerbitkan Peraturan Presiden No 52 Tahun 2014. Isinya mengatur penyediaan rumah bagi mantan presiden dan wakil presiden. Bahwa keduanya patut mendapat kediaman yang layak.

Berapa meter luas rumah, lokasi, desain, bentuk, dimensi, tata ruang, seluruhnya diatur dengan gamblang. Bahkan disediakan Peraturan Menteri Keuangan untuk mengatur nilai rumah yang ditaksir Rp 25-30 milyar diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Presiden Yudhoyono perlu mengubah aturan sebelumnya soal penyediaan rumah dari maksimal 6 bulan setelah lengser menjadi harus sudah tersedia sebelum tak lagi menjabat.

Saya tidak pernah memilih Presiden Yudhoyono. Dan saya rasa itulah salah satu kebanggaan saya. Tapi, sebuah rumah bagi seorang mantan presiden dan wakilnya, buat saya itu pantas. Saya tak punya keluhan soal itu.

Keluhan saya ada di Desa Karanggayam dan Bluuran, Sampang. Tempat 600-an Muslim Syiah hidup turun-temurun. Pada suatu ketika di tahun 2011 dan 2012 kehidupan mereka porak-poranda oleh amuk fitnah dan kekerasan. 1 orang tewas, puluhan luka-luka, 50-an rumah hancur terbakar, dan 200-an warga hingga sekarang terusir dari kampung halamannya menjadi pengungsi lebih dua tahun lamanya.

Selama mengungsi mereka tinggal di emperan ubin gedung olah raga Sampang. Kehilangan rumah dan ladang mereka sebagai sumber nafkah. Seterusnya mereka dipaksa mengungsi lebih jauh lagi di Rusunawa Sidoarjo. Anak-anak kesulitan sekolah, orang tua mereka kesulitan menafkahi mereka.

Dalam penderitaan hidup, iman mereka terus dilecehkan dan dijadikan sumber masalah. Mereka tidak diizinkan pulang ke kampung halaman karena keyakinan yang berbeda. Beberapa orang tua dan sanak saudara pengungsi telah meninggal dunia di kampung halaman. Sebagian pengungsi memberanikan diri pulang untuk ziarah.  Belum kering air mata dan belum usai doa-doa, aparat desa dan polisi mengusir mereka keluar dari kampung.  Dicampakkan dan diusir dari tanah dan kerabat mereka sendiri.

Yang perlu kita tahu, sebelum mereka beragama, warga Desa Karanggayam dan Bluuran adalah manusia dan kerabat sedarah. Pengungsi dan warga kampung sudah sadar mereka telah difitnah. Mereka telah saling memaafkan, merindukan dan menjalin perdamaian.

Warga kampung berkali-kali berkunjung ke pengungsian, mereka pula yang mengajak pengungsi pulang dan  hidup rukun seperti sedia kala. Tapi keinginan warga kampung kalah keras suaranya, kalah kuasa penolakannya, dan kalah muslihat dari elit desa dan polisi.

Nestapa hidup dijalani pengungsi dengan tabah dan pantang menyerah. Tahun lalu mereka bertekad untuk bertemu Presiden Yudhoyono mengadukan nasib. Istri-istri pengungsi melepas suami mereka gowes ke Jakarta untuk bertemu Presiden. Para istri menitipkan pesan: “Bismillah berangkatlah. Jangan pulang sebelum bertemu Presiden.”

Setelah hampir sebulan di Jakarta, di akhir bulan Juli 2013, bertepatan di bulan suci Ramadhan, pengungsi bertemu Presiden di Cikeas. Presiden berjanji akan menyelesaikan masalah dan mengembalikan pengungsi sebelum akhir jabatannya. Rumah akan dibangun kembali dan pengungsi bisa hidup rukun bersama warga di kampung.

Saya ada saat pertemuan itu bersama wakil pengungsi termasuk mendengar dari mulut Presiden wanti-wantinya kepada kami agar kami jangan mendengar siapa-siapa, “Dengarkan saja saya (Presiden Yudhoyono). Saya akan selesaikan.” Presiden seperti memaksudkan perkataannya dari hati sehingga kami sangat yakin dia begitu serius.

Setahun sudah janji itu telah berlalu. Presiden Yudhoyono akan berakhir jabatannya. Hidup malah semakin berat bagi pengungsi. Mereka masih menjadi tawanan terusir dari tanah dan ladangnya. Bekas rumah-rumah yang terbakar kini bersaing dengan ilalang yang tumbuh lebat.

Pertanyaan saya cuma satu: atas dasar moral apa kita merasa perlu tergesa-gesa membelikan rumah yang layak bagi Presiden yang telah membiarkan penderitaan pengungsi sedemikian lamanya. Karena hidup layak 200-an warga Sampang kalah berarti dari hidup Presiden?

Oleh: Hertasning Ichlas Wartawan The Geo Times dan Koordinator YLBHU

Aktor Penyerangan Syiah Sampang Dijebloskan ke Penjara Terkait Kasus Korupsi

SyiahIndonesia.com - Mantan Bupati Sampang Jawa Timur, Noer Tjahja, ditahan Kejaksaan Agung setelah menjalani pemeriksaan.

Ia dijebloskan ke dalam jeruji besi terkait korupsi Rp16 Miliar pengelolaan alokasi gas di Pemerintah Kabupaten Sampang.

Sebelumnya Noer Tjahja ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan Surat Perintah Penyidikan Nomor: Print-06/F.2/Fd.1/01/2014, tanggal 13 Januari 2014. Selain, mantan bupati, penyidik Kejaksaan Agung pun menahan Direktur Utama PT Sampang Mandiri Perkasa Hari Oetomo dan Direktur Sampang Mandiri Perkasa H Muhaimin yang juga sudah ditetapkan sebagai tersangka.

"Penyidik sudah memberitahukan kepada saya, ketiga tersangka tersebut dilakukan penahanan," kata Jaksa Agung Muda Pidana Khusus R Widyo Pramono di Gedung Bundar, Kejaksaan Agung, Senin (13/9/2014) sebagaimana diberitakan Tribunnews.

Sebelumnya diberitakan, bahwa pada Selasa, 14 Mei 2013, Warga Syiah Sampang, Madura, yang telah diusir secara paksa dari rumah mereka selama 8 bulan, melaporkan mantan Bupati Sampang Noer Tjahja ke Polda Jawa Timur. Noer dianggap telah melakukan tindak pidana ujaran kebencian.

Warga Syiah datang ke Polda Jawa Timur dengan membawa serangkaian bukti. Bukti tersebut menunjukkan Noer menghasut dan menyebarkan kebencian serta permusuhan kepada sekelompok warga negara Indonesia di muka umum. Dalam perayaan Maulid di halaman SDN Karanggayam IV, misalnya, Noer terang-terangan memerintahkan pengusiran warga Syiah di Karanggayam dan Bluuran dan siap bertanggung jawab akan pengusiran tersebut.

Meskipun ia dijebloskan ke penjara dengan kasus yang berbeda, namun setidaknya berita ini membuat hati warga muslim Syiah Sampang sedikit bergembira, karena hingga sekarang mereka masih berada di lokasi penampungan 'sementara' di rumah susun kompleks Pasar Induk Puspa Agro, Jemundo, Sidoarjo. (SI/TN)

"Langkah Provokatif dan Friksi Sunni-Syiah Bantu Munculkan Gerakan Takfiri"

SyiahIndonesia.com - Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, “Setiap langkah provokatif dan friksi Sunni-Syiah membantu Amerika Serikat, Inggris dan rezim Zionis Israel dengan memunculkan gerakan dungu, kolot serta berafiliasi dengan takfiri.

Ayatullah Khamenei Senin (13/10) dalam acara peringatan Hari Raya Ghadir di hadapan ribuan elemen masyarakat mengisyaratkan propaganda sistematis musuh umat Islam untuk memisahkan Islam dari politik serta membatasi Islam dengan urusan individu serta tertentu.

“Peristiwa Ghadir Khum merupakan rasio transparan dan kokoh Islam dalam menolak pandangan sekular, karena Ghadir Khum manifestasi penekanan dan perhatian Islam terhadap pemerintahan dan politik,” tegas Khamenei.

Ayatullah Khamenei menyebut upaya menghadapi ideologi menarik serta Republik Islam Iran sebagai faktor utama kubu arogan berinvestasi lebih besar dalam mengobarkan friksi di antara umat Muslim.

“AS, Zionisme dan Inggris, pasca kemenangan Revolusi Islam Iran berupaya meningkatkan perpecahan serta menyelewengkan opini Syiah dan Sunni dari musuh utama mereka,” papar Khamenei.

Dalam kesempatan tersebut, Khamenei menilai munculnya gerakan takfiri di Irak, Suriah dan sejumlah negara lain adalah hasil dari program yang dilancarkan kubu imperialis untuk mengobarkan friksi di antara umat Muslim.

“Mereka menciptakan al-Qaeda dan ISIS untuk mengobarkan perpecahan dan menghadapi Republik Islam, namun kini mereka justru terlilit boneka ciptaan mereka tersebut,” ungkap Khamenei.

Seraya mengisyaratkan transformasi yang terjadi di kawasan Khamenei menambahkan, “Kajian intensif dan analisis terkait peristiwa ini mengindikasikan bahwa Amerika Serikat bersama sekutunya dengan dalih palsu menghadapi ISIS lebih memprioritaskan untuk menciptakan perpecahan dan permusuhan di antara umat Muslim ketimbang menghancurkan benih-benih ISIS.”

Ayatullah Khamenei menekankan, “Siapa saja yang komitmen dengan Islam dan menerima hukum al-Quran, baik itu Sunni maupun Syiah, harus waspada bahwa strategi AS-Israel adalah musuh sejati umat Islam serta umat Muslim.” [SI/II]

Syiah Bukan Islam? (13) Hari Raya Ghadir Khum


Syiah Bukan Islam? (13)
Sejarah Syiah: Hari Raya Ghadir Khum
Disampaikan Oleh: Sayyid Ustadz Ahmad Baraqbah.

Syiah Bukan Islam? (12) Al-Quran dan Ahlubait


Syiah Bukan Islam? (12)
Sejarah Syiah: Al-Quran dan Ahlubait
Disampaikan Oleh: Sayyid Ustadz Ahmad Baraqbah.

Syiah Bukan Islam? (11) Tuduhan Terhadap Syiah


Syiah Bukan Islam? (11)
Sejarah Syiah: Tuduhan Terhadap Syiah
Disampaikan Oleh: Sayyid Ustadz Ahmad Baraqbah.

Syiah Bukan Islam? (10) Kepemimpinan di Zaman Ini


Syiah Bukan Islam? (10)
Sejarah Syiah: Kepemimpinan di Zaman Ini
Disampaikan Oleh: Sayyid Ustadz Ahmad Baraqbah.