Slider

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Tube

Sejarah Syiah

Kajian Utama

Syiah Indonesia

Syiah Internasional

Tabayun

Galeri

» » Syiah Indonesia - Sejarah Syiah yang Sebenarnya (Bag. 5, Akhir)

Sejarah Syiah yang Sebenarnya (Bag. 1), bisa Anda klik di link ini : http://goo.gl/OLoI9p
Sejarah Syiah yang Sebenarnya (Bag. 2), bisa Anda klik di link ini : http://goo.gl/y2tZ5Q
Sejarah Syiah yang Sebenarnya (Bag. 3), bisa Anda klik di link ini : http://goo.gl/mvySN7
Sejarah Syiah yang Sebenarnya (Bag. 4), bisa Anda klik di link ini : http://goo.gl/AKCEyZ
________________________________________________________ 

Di samping menyadari adanya perbedaan di antara para imam mazhab Ahlus Sunnah, mereka juga mungkin perlu tahu ada juga tokoh ulama mazhab Ahlus Sunnah yang mensinyalir kata-kata pedas atau kasar tentang ulama atau penganut mazhab Ahlus Sunnah yang lain.  Sebagai contoh, diriwayatkan:

12010 –...  وَ مِمَّا نُقِمَ عَلَی اِبْنِ مُعِيْنٍ وَ عِيْبَ بِهِ أَيْضًا قَوْلُهُ فِيْ الشَّافِعِيِّ: (إِنَّهُ لَيْسَ بِثِقَةٍ). (ص 447)

"Di antara kritik dan kecaman yang ditujukan kepada Ibnu Mu'in adalah karena perkataannya tentang Syafii. Dia mengatakan bahwa "Syafii bukan orang yang jujur terpercaya." (Imam al-Hafidz Abu Umar Yusuf bin Abdillah bin Muhammad Ibnu Abdilbar al-Qurthubi al-Maliki (w. 463 H), Jâmiʻ Bayân al-ʻIlm wa Fadhlih, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, cetakan kedua, 1428 H/ 2007 M, hal. 431).

12011 – وَ قَدْ تَکَلَّمَ اِبْنُ أَبِيْ ذِئْبٍ فِيْ مَالِکِ بْنِ أَنَسٍ بِکَلَامٍ فِيْهِ جَفَاءٌ وَ خُشُوْنَةٌ کَرِهْتُ ذِکرَهُ، وَ هُوَ مَشهُوْرٌ عَنْهُ.

"Ibnu Abi Dzi'b berbicara tentang Malik bin Anas dengan kata-kata yang kurang ajar dan kasar, sehingga saya tidak ingin menyebutkannya, tapi kata-kata itu populer darinya." (Ibid., hal. 447).

Padahal, Ibnu Abi Dzi'b adalah tokoh ulama yang kepergiannya sangat memberatkan Imam Syafii. Yunus bin Abdila'la mengatakan:

قَالَ لِيَ الشَّافِعِيُّ: «مَا اشْتَدَّ عَلَيَّ فَوتُ أَحَدٍ ِمنَ العُلَمَاءِ مِثْلَ فَوْتِ اِبْنِ أَبِيْ ذِئْبٍ، وَ اللَّيْثِ بْنْ سَعِيْدٍ.»(ص 23)

"Syafii berkata kepadaku, "Tidak ada satu pun kematian ulama yang lebih memberatkanku daripada kematian Ibnu Abi Dzi'b dan Laits bin Sa'id." (Imam al-Jalil Abu Muhammad Abdurrahman bin Abi Hatim ar-Razi (w. 327 H), Âdâb al-Syâfiʻiy wa Manâqibuhu, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, cetakan pertama, 1424 H/ 2003 M., hal. 23).

Imam Syafii sendiri diriwayatkan pernah mengatakan:

مَا أُشَبِّهُ رَأيَ أَبِيْ حَنِيْفَةَ إِلاَّ بِخَيْطِ سَحَارَةٍ، تَمُدُّ هَکَذَا فَيَجِيْئُ أَصْفَرَ، وَ تَمُدُّهُ هَکَذَا فَيَجِيْئُ أَخْضَرَ.

"Aku tidak mengumpamakan pendapat Abu Hanifah kecuali dengan benang sihir, kamu tarik begini jadi kuning, dan kamu tarik begitu jadi hijau." (ibid. hal. 130).

Mengenai salah satu tokoh dan hakim bermazhab Hanafi dan bernama Muhammad bin Musa al-Balasaghuni, Imam Dzahabi mengatakan:

8239 – مُحَمَّدُ بْنُ مُوْسَی البَلَاسَاغُوْنِيُّ الْحَنَفِيُّ، قَاضِيْ دِمَشْقَ، رَوَی عَنْ أَبِيْ الفَضْلِ بْنِ خَيْرُوْنَ. کَانَ مُبْتَدِعًا يَقُوْلُ: لَوْ کَانَ لِيْ أَمْرٌ لَأَخَذْتُ الْجِزْيَةَ مِنَ الشَّافِعِيَّةِ.

"Muhammad bin Musa al-Balasaghuni al-Hanafi, hakim kota Damaskus, meriwayatkan dari Abul Fadhl bin Khairun. Dia si pembuat bid'ah, dia mengatakan, "Seandainya aku berkuasa, niscaya aku tarik jizyah dari para pengikut Syafii." (Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Usman al-Dzahabi (w 748 H); Mîzân al-Iʻtidâl, Darul Fikr, tanpa tahun, jld. 4, hal. 51-52.)

Padahal, jizyah dalam hukum Islam ditarik dari orang-orang kafir dari kalangan Ahlul Kitab, seperti orang Kristen dan Yahudi.

Demikian pula diriwayatkan bahwa salah satu fukaha Syafii bernama Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Barruwi mengatakan:

لَوْ کَانَ لِيْ أَمْرٌ لَوَضَعْتُ عَلَی الْحَنَابِلَةِ الْجِزيَةَ

"Seandainya aku berkuasa, niscaya kuharuskan orang-orang Hanbali untuk membayar jizyah." (Al-Hafidz al-Dzahabi, al-ʻIbar fî Khobar man Ghobar, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, cetakan pertama, 1405 H/ 1985 M, jld. 3 (dari tahun 547-700), hal. 52).

Dan begitulah seterusnya serang-balik antara ulama atau pengikut mazhab-mazhab Ahlus Sunnah. Tapi, seandainya benar ada di antara mereka yang saling mencela bahkan mengkafirkan, bukan berarti orang-orang yang menganut mazhab Hanafi sekarang mengkafirkan penganut mazhab Syafii, atau penganut mazhab Syafii sekarang mengkafirkan penganut mazhab Hanbali. Begitu pula sebaliknya. Karena banyak sekali di antara mereka yang berpikir logis dan bertindak bijak. Apalagi sebagaimana diriwayatkan di dalam kitab Shohîh al-Bukhôrî, Rasulullah Saw bersabda:

لَا يَرْمِيْ رَجُلٌ رَجُلًا بِالْفُسُوْقِ وَ لَا يَرْمِيْهِ بِالْکُفْرِ إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ، إِنْ لَمْ يَکُنْ صَاحِبُهُ کَذَلِکَ

"Tidaklah seseorang menuduh orang lain fasik dan tidak pula menuduhnya kafir kecuali tuduhan-tuduhan itu kembali kepada dirinya sendiri seandainya orang lain tersebut tidak demikian." (Al-Kutub al-Sittah, Riyadh: Darus Salam lin Nasyri wat Tauzi', cetakan 1429 H/2008 M, Imam Bukhari, Shohîh al-Bukhôrî, Bab 44 Ma Yunha minas Sabbi wal La'ni, hadis ke-6045).

Demikian pula halnya dengan Syiah. Perbedaan, kekeliruan, kesalahan dan pelanggaran sebagian orang bahkan ulama yang mengaku atau dikenal sebagai Syiah Ali, tidak patut dijadikan sebagai sandaran untuk memukul rata semua orang Syiah. Ambil sebuah contoh, sikap atau keyakinan Abdullah bin Saba' yang berlebihan -- seandainya benar dia ada dan bersikap atau berkeyakinan demikian -- tidak bisa menjadi sandaran untuk memukul rata bahwa semua orang Syiah berkeyakinan dan punya sikap yang sama dengannya. Toh langka sekali -- kalau bukan sama sekali tidak ada -- pujian dari ulama Syiah tentang dia. Bahkan banyak sekali kutukan mereka terhadapnya. Sebagai contoh, kita membaca Kasyiful Ghitha' meriwayatkan:

فَهَذِهِ کُتُبُ الشِّيْعَةِ بِأَجْمَعِهَا تُعْلِنُ بِلَعْنِهِ وَ الْبَرَائَةِ مِنْهُ، وَ أَخَفُّ کَلِمَةٍ تَقُوْلُهَا کُتُبُ رِجَالِ الشِّيْعَةِ فِيْ حَقِّهِ وَ يَکْتَفُونَ بِهَا عَنْ تَرْجَمَةِ حَالِهِ عِنْدَ ذِکْرِهِ فِيْ حَرْفِ الْعَيْنِ هَکَذَا: (عَبْدُ اللهِ بنِ سَبَأ، أَلْعَنُ مِنْ أَن يُذْکَرَ).

"Inilah kitab-kitab Syiah, kesemuanya menyatakan pelaknatan dan lepas diri dari Abdullah bin Saba'. Komentar paling ringan yang dituliskan oleh kitab-kitab Rijal Syiah mengenai Abdullah bin Saba' -- dan mereka cukupkan sampai di situ serta tidak ingin lagi mengatakan sesuatu tentang biografinya di huruf ʻain -- adalah: "Abdullah bin Saba', terlampau terkutuk untuk disebutkan." (artinya, begitu terlaknatnya dia sampai tidak layak lagi untuk dibicarakan lebih dari ini -- Penerjemah.). (Muhammad Husein Al-Kashif Al-Ghita, Ashl al-Syîʻah wa Ushûluhâ, Qom: Muasasah Imam Ali, Cetakan pertama, 1415 H, jld. 1, hal. 181).

Maka tidak jujur dan bijaksana apabila seseorang membawa nama ulama seperti Naubakhti seolah-olah dia yang berpendapat bahwa Abdullah bin Saba' lah "orang pertama yang terang-terangan mengisukan kewajiban imamahnya Ali serta berlepas diri dari musuh-musuhnya." (MMPSI, hal. 20) Padahal, Naubakhti tidak berpendapat demikian, melainkan dia dalam rangka menukil pendapat sebagian orang tentang hal tersebut. (Abu Muhammad Hasan bin Musa Naubakhti, Firoq al-Syîʻah, Najaf: Al-Haidariyah, 1355 H/1936 M, hal. 22).[]

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply