Slider

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Tube

Sejarah Syiah

Kajian Utama

Syiah Indonesia

Syiah Internasional

Tabayun

Galeri

» » » Mengapa "Fulan" Jadi Syiah?

Ahmad Zein Alkaf dan bos Takfiri.
Syiah Indonesia - Para pembaca yang budiman, sampailah juga kita pada serangkaian pertanyaan ini: Mengapa fulan Syiah dan mengapa yang lain Sunni? Mengapa ada Muslim Syiah dan ada Muslim Sunni? Mengapa kita berpecah-pecah seperti ini? Adakah perpecahan ini karunia, rahmat atau laknat? Mengapa Allah tidak turun tangan menyelesaikan perpecahan yang akut ini? Mengapa umat ini tidak kembali menjadi ummatan wahidah (satu umat)? Mengapa manusia ini tidak dapat bersepakat pada satu kalimat? Mengapa, mengapa dan mengapa?

Tentu saja tulisan ini tak mampu menjawab seluruh pertanyaan itu. Malah mungkin tak satupun yang harus kita jawab. Pertanyaan-pertanyaan itu penting untuk kita jawab sendiri-sendiri, dalam ketenangan batin kita masing-masing. Tiap pertanyaan di atas layak menyita barang satu dua jam dari umur kita—untuk tidak mengatakan satu dua hari. Satu saja dari rentetan pertanyaan di atas itu terjawab, maka banyak sekali yang dapat kita lakukan bersama-sama secara positif.

Tapi, di luar semua pertanyaan di atas, ada prinsip yang tegas: manusia tidaklah mungkin sama dalam segala aspek dan seginya. Fitrah, kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasarnya boleh jadi sama. Tapi jelas satu manusia tidak mungkin sama persis dengan satu manusia yang lain. Mereka tercipta berbeda-beda, sebagai refleksi kekayaan Ilahi, sebagai rahmat, sebagai pemicu interaksi di antara mereka, sebagai sarana saling mengenal, memotivasi, mengembangkan, tolong menolong, kerjasama, dan sebagainya. Ada hikmah Ilahi yang berlimpah ruah di balik semua ini.

Kekurangan satu manusia dapat disempurnakan oleh kelebihan manusia lain; kelebihan yang lain dapat menopang kebutuhan yang lain lagi; dan begitulah pola interaksi kehidupan manusia, sehingga manusia ini mutlak hidup secara bersama. Bahkan alam semesta ini tercipta dalam eko sistem yang saling membutuhkan, saling memberi dan mengambil, bertukar menukar, dan sebagainya.

Sebagai Muslim dan juga sebagai makhluk berpikir kita semua dapat dengan mudah sampai pada kesimpulan yang super kuat ini: Hanya Allah semata-mata yang Tunggal dalam kemutlakan, kesempurnaan, kemandirian, kekayaan dan tidak membutuhkan = suatu apapun selain Diri-Nya sendiri. Hanya Dia yang satu-satunya memiliki sifat mutlak, merdeka, mandiri, tidak membutuhkan, bebas dari kelemahan dan kekurangan secara hakiki. Hanya Dia yang melampaui kekurangan, kebutuhan, kelemahan, kebodohan. Hanya Dia yang Qayyum.

Selain Allah, yakni seluruh makhluk-Nya, pastilah memiliki kebutuhan dan kekurangan, dalam berbagai kadar dan derajat yang berjenjang-jenjang dan berbeda-beda. Semua selain Dia niscaya memerlukan pada yang lain, dan yang lain itupun memerlukan pada yang lain lagi dan demikian seterusnya sehingga tersusunlah sistem alam ciptaan ini dalam ketergantungan dan kebutuhan yang timbal balik, dalam proses saling melengkapi, menyempurnakan, bahkan saling menopang.

So, Muslim Sunni perlu pada Muslim Syiah dan demikian pula sebaliknya. Tidak ada yang dapat mengatakan bahwa si A harus tunduk mutlak pada si B dan sebaliknya. Jika ada yang mengatakan begitu, maka orang itu sesungguhnya sedang bekerja menghentikan sistem kehidupan manusia, dan wajib dilawan dengan segala cara. Orang atau sekelompok orang seperti ini sebenarnya adalah musuh kemanusiaan, sekaligus musuh Allah. Sebab Allah telah menetapkan manusia hidup dalam sistem saling memberi dan mengambil, dalam perbedaaan dan keragaman, dalam ruang kemerdekaan yang asasi bagi tiap-tiap mereka.

Ada dua cara murah dan tenar untuk menundukkan pihak lain: teror dan iming-iming. Teror juga banyak rupanya. Salah satunya ialah dengan mengkafirkan pihak yang tak mau tunduk, menghalalkan darahnya dan terakhir membunuhnya. Cara ini mungkin bisa berguna untuk anak-anak kecil, orang-orang bodoh, lemah, berjiwa kroco dan sebagainya. Tapi bagi manusia kebanyakan, yang di dalam dirinya masih bertengger fitrah yang menyala, cara-cara pemaksaan tersebut justru akan mengobarkan semangatnya untuk bangkit melawan. Apapun risiko dan ongkosnya. Inilah pucuk dicinta ulam tiba.

Kaum takfiri yang belakangan getol mengkafirkan Syiah di Indonesia, seperti Ahmad bin Zein Alkaff, Farid Okbah dan konco-konconya sebenarnya ingin menundukkan orang-orang Syiah. Tujuan mereka bukan kemaslahatan, keadilan, kebaikan apalagi kebenaran. Lihatlah pada raut wajah, airmuka, tuturkata, pilihan diksi, akhlak dan perilaku mereka. Tengoklah klip-klip video atau foto-foto yang menampilkan mereka. Tidak sedikitpun ada dari mereka yang mengingatkan kita pada para nabi, rasul dan imam. Padahal, para nabi, rasul dan imam adalah kelompok manusia yang Allah pilih untuk mengemban tugas membimbing manusia. Para nabi, rasul dan imam adalah pemegang mandat dan kuasa asli tugas agung menuntun manusia ke jalan yang lurus. Semua selain mereka hanyalah wakil, yang karena itu mesti mencerminkan sebagian besar karakter dari yang diwakili.

Otak kaum takfiri mungkin tak sampai di sini. Nafsu besar mereka menguasai dan menundukkan manusia menjadikan mereka sedemikian takabur hingga merasa berhak mengambil alih salah satu sifat Allah, yakni Hakim. Hakim dapat berarti mengatur, menguasai, menghakimi dan menghukumi.

Lantas, bagaimana cara menghadapi sekelompok manusia yang ingin memaksakan pikiran, keyakinan dan kehendaknya pada orang lain ini? Jawabnya, seperti yang diajarkan agama, akal, hati nurani, budaya, konstitusi dan lainnya, tidak lain dan tidak bukan adalah dengan melawan. Keinginan menundukkan orang datang dari watak iblis yang tak mau tunduk pada Allah. Orang-orang ini sebenarnya tak lebih dari murid-murid kecil iblis. Mereka boleh jadi mengira telah mengambil langkah yang benar, seperti juga iblis sendiri. Tapi jelas mereka keliru. Mau berapa ayat dan hadis yang mereka bawakan, jika tujuan mereka adalah memaksa orang atau sekelompok orang untuk tunduk dan patuh, maka jawaban paling tepat adalah melawannya.

Siapapun Anda: Muslim Sunni atau Syiah, tinggal di gubuk atau apartemen, di Jawa atau luar Jawa, di Indonesia atau Timur Tengah, jika Anda dipaksa untuk tunduk pada kemauan yang lain, maka lawanlah pemaksaan itu. Dengan cara itu Anda telah menjadi pejuang kemerdekaan. Saat melawan itu, Anda telah mencegah kafilah iblis menguasai gelanggang kemanusiaan. Dengan melawan mereka, Anda telah “menolong” Allah yang secara azali dan abadi menciptakan manusia dalam keadaan merdeka. Tak ada yang boleh atau berhak mencabut kemerdekaan itu. Bayarlah dengan segala harga demi mempertahankan hak kemerdekaan yang telah Allah berikan sejak azali sampai abadi itu.

Para pembaca yang budiman, jika kebetulan Anda adalah Sunni, lawanlah dengan segala cara semua Syiah yang hendak memaksa Anda menjadi Syiah; jika kebetulan Anda Syiah, lawanlah dengan segala cara semua Ahmad bin Zein, Farid Okbah dan konco-konconya yang hendak memaksa Anda menjadi Sunni. Pengkafirkan mereka atas Anda sama sekali tak bermakna apa-apa. Mereka bukan pemegang mandat Islam; bukan siapa-siapa dalam sejarah panjang Islam ini. Mereka sama saja seperti kita di hadapan Allah.

Pengkafiran yang dipakai sebagai teror untuk menundukkan sekelompok orang berjalan seiring dengan iming-iming bagi mereka yang sudi mengkafirkan. Ini pendekatan pentung dan wortel yang mereka pakai mendominasi dan menghegemoni Islam.

Tapi, percayalah, kapasitas mereka dan bos-bos besar yang mendesain stretagi pengkafiran ini terlalu kecil di hadapan Islam dan Hakikat Muhammad. Pelan tapi pasti mereka yang akan terhempas. Dan ini hanya masalah waktu. Dan waktu itu pun sepertinya juga tak lama lagi. [IT]

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply