Slider

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Tube

Sejarah Syiah

Kajian Utama

Syiah Indonesia

Syiah Internasional

Tabayun

Galeri

» » Syiah Indonesia - Sejarah Syiah yang Sebenarnya (Bag. 1)


"Syiah" adalah kata dalam Al-Qur'an. Dalam bahasa Indonesia, kata itu diterjemahkan pengikut atau golongan. Allah Swt berfirman:

{وَإِنَّ مِنْ شِيْعَتِهِ لَإِبْرَاهِيْمَ}

"Departemen Agama Republik Indonesia menerjemahkan ayat ini dengan kalimat: "Dan sungguh Ibrahim termasuk golongannya." (QS. As-Saffat [37]: 83. Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahanya, CV. Ferlia Citra Utama, 2008).

Di tempat lain, terhadap ayat 15 surat Al-Qasas, Departemen Agama menerjemahkan:

{هَذَا مِنْ شِيْعَتِهِ وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ}

menjadi: "Yang seorang dari golongannya (Bani Israel) dan yang seorang –lagi- dari pihak musuhnya (kaum Fir'aun)." (QS. 28:15. Ibid.)

"Syiah" oleh Nabi Muhammad Saw digunakan untuk golongan atau pengikut Ali bin Abi Thalib, dan beliau menyebut mereka sebagai para pemenang di Hari Kiamat. Imam Jalaludin Abdurrahman Suyuthi, ketika menafsirkan ayat ketujuh dari surat Al-Bayyinah meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Asakir dengan sanad atau rentetan rawi hadis yang sampai kepada Jabir bin Abdillah bahwa Jabir mengatakan:

کُنَّا عِنْدَ النَّبِيّ (صَلَّی اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ) فَأَقبَلَ عَلِيٌّ فَقَالَ النَّبِيُّ (صَلَّی اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ): «وَ الَّذِيْ نَفسِيْ بِيَدِهِ إِنَّ هَذَا وَ شِيْعَتَهُ لَهُمُ الْفَائِزُوْنَ يَوْمَ القِيَامَةِ» فَنَزَلَ قَوْلُهُ تَعَالَی: «إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ» فَکَانَ أَصحَابُ النَّبِيِّ إِذَا أَقبَلَ عَلِيٌّ قَالُوْا: «جَاءَ خَيْرُ البَرِيَّةِ».

"Suatu saat kami berada di sisi Nabi Saw, tiba-tiba Ali datang maka Nabi Saw bersabda, "Sumpah demi (Allah) Yang Jiwaku di Tangan-Nya (Kekuasaan-Nya)! sungguh ini (menunjuk kepada Ali) dan Syiahnya (golongannya) betul-betul para pemenang pada Hari Kiamat." Maka turunlah firman Allah Swt: "Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan (amal saleh), mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." Maka sahabat-sahabat Nabi Saw setiap kali Ali Datang mereka mengatakan, "Sebaik-baik makhluk datang." (Imam Jalaludin Abdurrahman Suyuthi, al-Dur al-Mantsûr, Beirut: Darul Fikr, 1993 M/1414 H, jld. 8, hal. 589).

وَ أَخْرَجَ ابنُ عَدِيٍّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ «إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ» قَالَ رَسُوْلُ اللهِ (ص) لِعَلِيٍّ: «هُوَ أَنْتَ وَ شِيْعَتُکَ يَوْمَ القِيَامَةِ رَاضِيْنَ مَرْضِيَّيْنَ.»

"Ibnu Adi juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Ibnu Abbas mengatakan, "Ketika ayat "Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." turun, Nabi Saw bersabda kepada Ali, "Orang-orang itu adalah kamu dan Syiahmu (golonganmu/pengikutmu), pada Hari Kiamat dalam keadaan rida dan diridai." (Ibid.)

وَ أَخْرَجَ ابْنُ مَرْدَوَيهٍ عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ (ص): «أَلَمْ تَسْمَعْ قَوْلَ اللهِ «إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ» أَنْتَ وَ شِيْعَتُکَ وَ مَوعِدِيْ وَ مَوعِدُکُمْ الحَوْضَ إِذَا جئَتْ الأُمَمُ لِلْحِسَابِ تُدْعَوْنَ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ.

"Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib yang berkata bahwa kepadaku Rasulullah Saw bersabda, "Bukankah kamu mendengar firman Allah "Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." Orang-orang itu adalah kamu dan Syiahmu, dan janji pertemuanku dengan kalian (kamu Ali dan Syiahmu) adalah telaga (Haudh), ketika umat-umat berdatangan untuk hisab maka kalian dipanggil dengan sebutan manusia-manusia yang mulia dan terkemuka." (Ibid.)

حَدَّثَنِيْ يَزِيْدُ بْنُ شَرَاحِيْلَ الأَنْصَارِيُّ کَاتِبُ عَلِيٍّ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا: حَدَّثَنِيْ رَسُوْلُ اللهِ (ص) وَ أَنَا مَسْنَدُهُ إِلَی صَدْرِيْ فَقَالَ: يَا عَلِيٌّ أَمَا تَسْمَعُ قَوْلَ اللهِ عَزَّوَ جَلَّ: « إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ » هُمْ أَنتَ وَ شِيْعَتُکَ، وَ مَوْعِدِيْ وَ مَوعِدُکُمْ الحَوْضَ إِذَا اجْتَمَعَتِ الأُمَمُ لِلْحِسَابِ تُدْعَوْنَ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ.

"Yazid bin Syarahil al-Anshari, penulis Ali, mengatakan, "Aku mendengar Ali berkata, 'Telah bersabda kepada kami Rasulullah Saw sementara beliau bersandar di dadaku, 'Wahai Ali, bukankah kamu mendengar firman Allah, "Sungguh orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." Orang-orang itu adalah kamu dan Syiahmu, dan janji pertemuanku dengan kalian (kamu Ali dan Syiahmu) adalah telaga (Haudh), ketika umat-umat berkumpul untuk hisab maka kalian dipanggil dengan sebutan manusia-manusia yang mulia dan terkemuka." (Al-Hafiz al-Kabir Ubaidullah bin Abdillah bin Ahmad yang dikenal dengan Hakim Haskani, ulama Hanafi, Syawâhid al-Tanzîl li Qowâʻid al-Tafdhîl fî al-Âyât al-Nâzilah fî Ahli al-Bait Saw, Beirut: Muassasah Al-A'lami Lil Matbuat, cetakan pertama, 1974 M/1393 H, jld. 2, hal. 356.)
Husein Kasyiful Ghitha, terkait hadis-hadis di atas berkomentar:

نَعَمْ، وَ هَکَذَا الْأَمرُ، فَإِنَّ عَدَدًا لَيْسَ بِالْقَلِيْلِ اِخْتَصُّوا فِيْ حَيَاةِ النَّبِيِّ صَلَّی اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ بِعَلِيٍّ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَ لَازَمُوْهُ، وَ جَعَلُوْهُ إِمَامًا کَمُبَلِّغٍ عَنِ الرَّسُوْلِ، وَ شَارِحٍ وَ مُفَسِّرٍ لِتَعَالِيْمِهِ، وَ أَسْرَارِ حِکَمِهِ وَ أَحْکَامِهِ، وَ صَارُوْا يُعْرَفُوْنَ بِأَنَّهُمْ شِيْعَةُ عَلِيٍّ عَلَيْهِ السَّلَامُ کَعَلَمٍ خَاصٍّ بِهِمْ کَمَا نَصَّ عَلَی ذَلِکَ أَهْلُ اللُّغَةِ.

"Ya benar, dan memang demikianlah duduk persoalannya. Sekelompok orang yang tidak sedikit jumlahnya pada masa hidup Nabi Saw secara khusus -- mengikuti -- Ali as dan komitmen kepadanya. Mereka mengakuinya sebagai imam layaknya mubalig dari pihak Rasul, pemberi keterangan dan penafsiran atas ajaran beliau, rahasia hikmah dan hukum beliau, dan mereka menjadi terkenal dengan sebutan Syiah Ali as, seolah-olah sebutan itu menjadi nama khusus mereka, sebagaimana hal itu dinyatakan oleh para ahli bahasa."  (Muhammad Husein Al-Kashif Al-Ghita, Ashl al-Syîʻah wa Ushûluhâ, Qom: Muasasah Imam Ali as, Cetakan pertama, 1415 H, hal. 186-187).

Berdasarkan keterangan di atas, menurut Rasulullah Saw, siapa pun yang mengikuti jejak Ali bin Abi Thalib, baik pada zaman beliau maupun pada zaman setelahnya sampai Hari Kiamat, adalah 'Syiah Ali' yang merupakan sebaik-baik makhluk dan manusia yang menang, mulia serta terkemuka di Hari Kiamat. Berdasarkan itu pula, kriteria Syiah Ali yang menang di Hari Kiamat adalah iman dan kebajikan, bukan sekedar pengakuan secara lisan. Maka sejauh orang mengikuti jejak Ali sejauh itu pula dia meraih kemenangan, kemuliaan dan keterkemukaan pada Hari Kiamat. Demikian pula sebaliknya, termasuk dalam soal akidah, kultur, dan politik.

Ikut tidaknya seseorang terhadap orang lain lebih mudah diukur dalam situasi yang sensitif, apalagi ketika seseorang harus memilih hal yang disukainya atau hal yang disukai orang lain tersebut. Mungkin sebab itulah, dalam kejadian-kejadian penting sejarah Ali bin Abi Thalib tampak lebih jelas siapa orang yang betul-betul mengikuti beliau. Tak heran jika sebagian orang boleh jadi mengira Syiah Ali baru muncul di saat-saat genting, seperti pada masa awal kekhalifahan, pada waktu perang atau peristiwa Tahkim (arbitrasi).

Sikap sebagian sahabat Nabi Muhammad Saw pada masa awal kekhalifahan menunjukkan keberadaan Syiah Ali sejak zaman Nabi Saw. Ibnu Khaldun mengatakan:

کَانَ جَمَاعَةٌ مِنَ الصَّحَابَةِ يَتَشَيَّعُوْنَ  لِعَلِيٍّ وَ يَرَوْنَ اِسْتِحْقَاقَهُ عَلَی غَيْرِهِ، وَ لَمَّا عُدِلَ بِهِ إِلَی سِوَاهُ تأَفَّفُوْا مِنْ ذَلِکَ وَ أَسَفُوْا لَهُ مِثْلُ الزُّبَيرِ وَ مَعَهُ عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ وَ الْمِقدَادُ بنُ الْأَسوَدُ وَ غَيْرُهُمْ. إِلَّا أَنَّ القَوْمَ لِرُسُوْخِ قَدَمِهِمْ فِيْ الدِّيْنِ وَ حِرْصِهِمْ عَلَی الْإِلفَةِ لَمْ يَزيْدُوْا فِيْ ذَلِکَ عَلَی النَّجْوَی بِالتَّأَفُّفِ وَ الأَسَفِ.

"Saat itu terdapat sekelompok sahabat Nabi Saw yang men-syiah (mengikuti/berpihak pada) Ali dan memandangnya lebih berhak menjadi pemimpin ketimbang yang lain. Dan manakala kepemimpinan itu disimpangkan ke selain Ali, mereka mengeluhkan hal itu dan menyayangkannya. Kelompok itu seperti Zubair. Dan bersama dia, Ammar bin Yasir, Miqdad bin Aswad dan lain-lain. Namun, karena kedalaman langkah kaum itu dalam agama dan apresiasi mereka terhadap kerukunan  -- umat --, mereka pun menahan keluh-kesal itu hanya sampai batas bisik-bisik." (Abdurrahman bin Khaldun, Târîkh Ibn Kholdûn, Beirut: Darul Fikr, 2000 M 1421 H, jld. 3, hal. 215)

Sebagaimana Ibnu Khaldun, Naubakhti juga menyebutkan:

فَأَوَّلُ الفِرَقِ «اَلشِّيْعَةُ» وَ هُمْ فِرْقَةُ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ المُسَمُّوْنَ بِشِيْعَةِ عَلِيٍّ عَلَيْهِ السَّلَامُ فِيْ زَمَانِ النَّبِيِّ صَلَّی اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ بَعدِهِ مَعْرُوْفُوْنَ بِانْقِطَاعِهِمْ إِلَيْهِ وَ القَوْلِ بِإِمَامَتِهِ. مِنْهُمُ «المِقدَادُ بْنُ الأَسْوَدُ» وَ «سَلمَانُ الفَارِسِيُّ» وَ «أَبُوْ ذَرٍّ جُنْدَبُ بْنُ جُنَادَةٍ الغِفَارِيُّ» وَ «عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ» وَ مَنْ وَافَقَ مَوَدَّتُهُ مَوَدَّةَ عَلِيٍّ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَ هُمْ أَوَّلُ مَنْ سُمِّيَ بِاسْمِ التَّشَيُّعِ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ لِأَنَّ إِسمَ التَّشَيُّعِ قَدِيْم شِيعَةُ إِبرَاهِيْمَ وَ مُوْسَی وَ عِيْسَی وَ الأَنْبِيَاءِ صَلَوَاتُ اللهِ عَلَيْهِم أَجْمَعِيْنَ.

"Maka kelompok pertama Syiah adalah kelompok Ali bin Abi Thalib as yang disebut dengan Syiah Ali as di zaman Nabi Saw dan setelahnya, mereka dikenal setia padanya dan mengakui imamahnya. Di antara mereka, Miqdad bin Aswad, Salman Abu Farisi, Abu Dzar Jundab bin Junadah al-Ghifari, Ammar Yasir dan orang yang mawaddahnya (cinta setianya) setuju dengan mawaddah Ali as. Merekala orang pertama yang disebut Syiah dari umat ini, karena nama Syiah dulu digunakan untuk Syiah Ibrahim, Musa, Isa dan para nabi sa." (Abu Muhammad Hasan bin Musa Naubakhti, Firoq al-Syîʻah, Najaf: Al-Haidariah, 1936 M/1355 H, hal. 17-18). Maka ketika Abu Bakr menjadi khalifah, mereka termasuk orang yang menolak berbaiat kepadanya. (Ahmad bin Abi Ya’qubi, Târîkh al-Yaʻqûbî, Beirut: Daru Sadir, jld. 2, hal. 124.)

Bersambung...

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
This is the last post.

Tidak ada komentar:

Leave a Reply